Thursday, October 4, 2007

Tentang Dzikir (1)

Berdzikir Membutuhkan
Pembimbing Spiritual

Ekses-ekses dzikir bagi orang yang menekuninya adalah banyak sekali. Di antaranya adalah menangis, menjerit, mengalami ekstase (Fana), jadzbah (ditarik), sakar (mabuk), dsb. Kesemuanya dapat menimbulkan ekses lainnya (yang tidak menguntungkan dirinya atau orang lain), apabila ia tidak meneliti dahulu pengetahuan tentang itu menjelang ‘keberangkatannya’ ke medan dzikir.
Kita tidak tahu bagaimana medan dzikir yang sebenarnya, atau apa yang akan kita hadapi ketika kita ‘diundang’ memasuki alam ghaib, atau didudukkan pada suatu maqam di sisi-Nya. Tidak semua orang mengerti perjalanan ini kecuali orang yang pernah merasakannya, yakni seorang Mursyid ‘Arif Billah yang mempunyai legitimasi Ilahiyah. Dalam hal ini pernah Rasulullah SAW isyaratkan kepada kita bahwa:
“Hendaklah engkau bersama Allah, dan jika tiada mampu, maka jadikan dirimu bersama-sama dengan orang-orang yang bersama Allah (‘Arif Billah). Dan sesungguhnya dia akan menyampaikan engkau kepada Allah, jika engkau bersamanya”. (HR. Abu Daud)
Seorang pembimbing laksana seorang Imam bagi makmum atau tongkat penuntun bagi seorang yang buta, wasilah (perantara) kepada Allah SWT dalam segenap aktivitasnya dalam mencari keridhaan Allah SWT. Allah mengumandangkan salah satu firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah engkau kepada Allah dan carilah wasilah sebagai jalan mendekatkan diri kepadaNya dan bermujahadahlah di jalanNya, semoga engkau termasuk orang-orang yang beruntung”. (QS. Al-Maidah[3]: 35)
Syekh Abdul Qadir Al-Jilani Qs. mengatakan:
“Adapun wajiblah atas setiap manusia itu mencari penerang hatinya di akhirat (yang mengharapkan wushul [sampai dengan selamat] kepada Allah) yakni Guru Mursyid dari kalangan ahli talqin selagi masih hidup di dunia sebelum habisnya waktu (mati)”.
Seorang Syekh pembimbing dzikir seperti pengganti Rasulullah SAW di dalam membimbing umatnya. Syekh pembimbing dzikir mestilah ada hubungan keruhanian dengan Rasulullah SAW, yaitu orang yang benar-benar mewarisi ilmu dan keadaannya Rasulullah SAW itu. Syekh inilah yang akan menuntunnya kepada jalan yang shahih atau memperingatinya ketika ia dalam keadaan tersesat jalan (cara) dzikirnya.
Di dalam sebuah hadits dikatakan bahwa ada sebagian ahli dzikir yang dapat menyebabkan orang lain ingat kepada Allah. Yakni dengan memandang wajahnya saja, membuat mereka teringat untuk dzikrullah. Hadits lain menyebutkan bahwa ‘Sebaik-baik orang di antara kamu ialah seseorang yang apabila orang lain memandang wajahnya, maka ia ingat kepada Allah, jika mendengar ucapannya maka bertambah ilmunya, dan jika melihat amal perbuatannya maka tertariklah pada akhirat’.
[1] Atas dasar hadits ini para pembimbing dzikir (Syekh Shufi) terdahulu sangat menganjurkan untuk senantiasa mengenang wajah Syekhnya sebagai alat untuk mempermudah dzikir (ingat) kepada Allah SWT, dan yang demikian itu akan membuat dirinya tenggelam dalam lautan mahabbah dzikir-Nya.

(Dikutip dari Buku ‘DZIKIR QUR’ANI, mengingat Allah sesuai dengan fitrah manusia’)

----------------------------------------------------------------------------------
[1] Fadhail A’mal (edisi revisi), hal. 154, Maulana M. Zakariyya al Kandhalawi Ra.

Salam,
Ikwan TQN

No comments: